02 Februari 2009

Ambonku Pergi untuk Selama-lamanya.. (2)

Kejamnya Lalat-Lalat Rumah Sakit...!

Dua minggu sudah istriku tercinta Shelvia Jaflaun terbujur kaku di TPU Cikoko, Pancoran, Jakarta Selatan. Senin, 19 Januari 2009 pukul 05.30, menjadi hari terakhirmu menatap dunia dengan segala warna kelabunya. Sesal itu seperti tak pernah lekang oleh waktu. Mungkin orang2 melihat aq sudah bisa tertawa, bercanda, tapi tidak di hatiku. Aq masih saja menangis jika mengingat kepergianmu yang tak pernah disangka. Aq tak ingin menggugat takdir Yang Kuasa. Yang aq sesalkan, ternyata ribuan fakta yang pernah aq tulis tentang buruknya pelayanan rumah sakit di Jakarta, bukan isapan jempol belaka.

DISKRIMINATIF! kata2 itu yang selalu saja muncul ketika aq menulis perlakuan yang diberikan kepada kaum papa. Itu pula yang akhirnya menimpaku saat mencoba mencari asa agar kau tetap bisa hidup mendampingiku. Mungkin tampangku memang miskin hingga diperlakukan seperti kaum papa. Yah, aq memang menyadari aq memang bukan kelompok kaum berduit. Selain diriku, mungkin ada juga ribuan warga DKI yang lain yang merasakan kejamnya sifat kebinatangan pekerja rumah sakit itu. Hati kapitalis, otak borjuis. Ini rumah sakit pemerintah bung!.. kalian dibayar dengan uang rakyat. Rumah sakit yang kalian jadikan tumpuan hidup disubsidi Rp 350 miliar dari dana APBD yang diambil dari peluh keringat masyarakat. Apa kalian ga tahu? atau pura2 ga tahu? atau memang kalian sudah terkontaminasi dengan nafsu untuk bisa mengeruk keuntungan terhadap setiap pasien yang dicekam kepanikan!..

Hingga saat ini pun masih kurasakan sesak di dada saat mengingat hari2 yang melelahkan menghadapi orang2 brengsek di rumah sakit. Pelayanan buruk, diskriminatif, perawat dan suster yang judes tak berperasaan ditambah harga resep selangit yang harus ditebus setiap saat pasien akan ditangani. Tanpa menggugat takdir, secara teknis aq ingin menyatakan, istriku korban dari kebobrokan manusia rumah sakit Jakarta. Ya Allah, jika aq boleh meminta, sadarkanlah mereka dengan petunjuk-Mu agar para dokter, perawat, suster dan petinggi2 rumah sakit ada sedikit hati dan punya perasaan untuk bisa merawat mahkluk2mu yang tengah terbaring mencari asa kehidupan. Atau boleh juga Kau beri pelajaran melalui pengalaman yang menyakitkan. Bahwa menjadi korban diskriminasi itu rasanya menyesakkan dada. Apa para dokter, perawat, suster tak pernah merasakan itu semua hingga sampai tak punya hati! aq sebenarnya ingin mengumpat satu per satu kepada mereka... astagfirulah hal adhim.

Ya Allah! maafkan hamba-Mu ini
Hanya Engkau Yang bisa memberiku petunjuk
Hanya kepada Engkau aq berharap
Hanya kepada Engkau aq bersimpuh
Hanya kepada Engkau kupasrahkan semua yang kumiliki

Saat kutermenung sendiri mengenangmu