13 April 2008

Sakitnya Seorang Gubernur


Suasana gedung Balaikota, Jalan Merdeka Selatan tidak seperti biasanya. Sunyi, lengang tanpa terlihat wajah Gubernur DKI Fauzi Bowo dengan kumis tebalnya.
Sosok yang di mata wartawan dikenal tegas tanpa kompromi itu sudah tidak menampakkan muka selama empat hari terakhir di kantornya.
Kabarnya, "Pak Kumis" diserang flu berat menjelang hari ulang tahunnya yang ke-61. "Kangen juga ya ga denger pak gubernur marah2 lagi," kata wartawan yang meliput di Balaikota.
Maklum, dibanding pendahulunya Sutiyoso, Foke lebih dikenal reaksionis dan agak temperamen. Jika tidak suka atau tidak sreg terhadap sesuatu, pasti akan langsung ditumpahkan saat itu juga. "Dari kemarin kemana aje. Hari gini masih tanya itu. Baca dulu baru tanya," jawab Foke ketika ada salah seorang wartawan yang telat merespon. Biasanya, ini terjadi dengan wartawan televisi.
Ternyata, sehari saja tidak mendengar Foke ngomel2, ada kerinduan di mata anak2. Foke sudah tidak ngantor sejak Rabu (9/4) lalu hingga saat ini. Pada Selasa (8/4)lalu, Gubernur berkumis tersebut memang masih terlihat menerima tamu-tamunya untuk menyelesaikan berbagai persoalan Ibuikota. Saat itu, Foke menerima Putri Indonesia serta menerima pengurus Real Estate Indonesia (REI) DKI utuk mengejar target pembangunan rumah susun yang belum kelar hingga
saat ini. "Bapak sakit ya. Kok menerima tamu pakai jaket," Tanya wartawan yang saat itu mengerubung akan wawancara.
Dengan gayanya yang khas, Foke hanya menjawab singkat. "Kalau tidak sakit, mana mungkin pakai jaket. Apa pakai jaket untuk gaya-gayaan," katanya saat itu. Meski sudah mengaku sakit, pada Rabu (9/4), Foke memang masih ngotot untuk tetap ngantor. Itu terlihat dengan agenda yang disusun oleh ajudannya. Di antaranya, menghadiri LKPJ Gubernur DKI di gedung DPRD DKI. Namun, secara tiba-tiba, pria yang meraih gelar doktor dari Universitas Kaiserlautern Jerman itu memutuskan tidak ngantor. Informasi dari ajudannya, Gubernur sedang sakit flu berat, batuk-batuk serta radang. Namun, pada Kamis (10/4) lalu, suami Sri Hartati itu masih sempat merayakan ultahnya dengan menggelar pengajian di rumah dinasnya Jalan Taman Suropati no 7, Menteng, Jakarta Pusat. Saat itu, bapak tiga anak itu merayakan ultahnya yang ke-61. Fauzi Bowo  lahir pada 10 April 1948 lalu. Jadwal menghadiri ultah Sat Pol PP di Silang Monas pun urung dihadiri. Seluruh jadwal Gubernur, Wakil Gubernur serta Sekda pun harus berubah total untuk bisa menyesuaikan tidak ngantornya Gubernur asal Betawi itu. Hingga Jumat (11/4) kemarin, Foke kembali tidak menampakkan diri. Mobil mewah Land Cruiser B 1 yang biasanya menandakan keberadaannya tidak tampak di depan pintu masuk Balaikota. "Ngga tahu kalau besok (hari ini) atau hari Minggu. Tapi pak Gubernur jadwalnya padat sekali. Kasihan dia. Memang tipenya sih pekerja keras, jadi rentan terserang penyakit," kata salah satu ajudannya yang enggan disebut namanya.
Diakui atau tidak, Gubernur yang satu ini memang pekerja keras. Untuk menuntaskan persoalan Ibukota yang sedang menumpuk, tidak jarang, berangkat pagi pulang tengah malam. Apalagi, saat puasa dulu. Masih kuingat, pagi buta sidak, malam harinya pengajian, tarawih bersama, dilanjut sahur bersama hingga Sholat Subuh. Pagi-pagi aq lihat sudah memimpin rapim di Balaikota.
Secara fisik, Sutiyoso dengan Fauzi Bowo memang beda. Sebagai mantan tentara, Bang Yos lebih tahan banting. Tapi, itupun tidak berlangsung lama. Bang Yos, akhirnya jatuh sakit juga. Apalagi, menjelang lengser dari kursi gubernur, wajah pucat, mata sayu dan sering batuk-batuk.
Begitu juga dengan Foke. Fisiknya ternyata tidak sejalan dengan kemauan kerasnya. Ribuan persoalan DKI memaksanya untuk terus berpikir keras. Apalagi, selama ini banyak di antara anak buahnya yang tidak serius bekerja atau banyak bekerja tapi tidak memenuhi target. Belum lagi isu penyelewengan atau protes keras membuat pak kumis sering pusing tujuh keliling. Ujung2nya, Pak Kumis jatuh sakit. Pengawalnya bilang, Foke sakit radang tenggorokan, getah bening serta liver.
Jika aq ingat dulu waktu masih sekolah, akupun pernah merasakan sakit yang sama. Banyak mengikuti kegiatan organisasi, lupa makan, lupa istirahat, lalu terkena mag. Kemudian berlanjut tipus, kemudian berlanjut liver. Penyakit semakin parah ketika saat itu, ditambah lagi patah hati. (maklum, aq pernah muda juga lho).
Tapi semua itu aq abaikan. Hidup hanya sekali. Biarpun bekerja keras untuk kampusku, organisasiku, hak untuk tubuh sendiri juga harus dipenuhi. Sebab, kekuatan sembuh tidaknya penyakit itu tergantung bagaimana kita mendinginkan pikiran kita.
Namun, sebagai warga, aq bangga memiliki Gubernur yang mau bekerja keras hingga sakit. Apalagi, jika itu demi rakyatnya. (SEMOGA).
Tapi apakah sikap gubernur sudah diikuti anak buahnya? jawabannya BELUM.
Di mataku, gubernur saat ini masih terkesan bekerja sendirian. Masih banyak anak buahnya yang belum bisa mengikuti gerak langkahnya. Apalagi jika mau bekerja keras sampai sakit.
Andaikan seluruh pejabat kita mau bekerja keras demi rakyatnya hingga sampai sakit, aq optimistis, tidak ada persoalan di DKI yang tidak bisa diselesaikan. Apalagi jika prinsip good governance, clean governance, transparansi, akuntanbel serta melibatkan partisipasi masyarakat bisa benar-benar diterapkan, negara ini, kota ini masih ada seribu harapan untuk menuju kehidupan yang lebih baik.

Cawang, 13 April 2008

Tidak ada komentar: