11 Maret 2008

Jalan Rusak dan Janji-janji Itu


Jalan Rusak dan Janji-Janji Itu

Hari ini Gubernur DKI marah besar. Orang nomor satu di DKI itu seperti ditampar mukanya. 
Gara-garanya, dewan mendesak agar orang nomor satu di DKI itu segera mencopot 
Kepala Dinas Pekerjaan Umum Wisnu Subagyo. Bagiku, dalam pandangan subyektif 
sebagai warga masyarakat, desakan dewan itu memang sangat wajar. Sebab, 
hampir tiga bulan lebih sejak banjir Februari lalu, jalan rusak yang ada di lima wilayah DKI 
praktis tidak pernah mendapat perbaikan. Bahkan, kerusakan semakin bertambah parah
seiring hujan masih terus mengguyur Ibukota ditambah bebasnya kendaraan besar yang 
melebihi muatan keluar masuk Jakarta. Tak heran, banyak yang bilang, jalanan di Jakarta 
seperti kubangan kerbau. Lubang mengangga dipenuhi dengan air lumpur. Bagi aku, kamu atau siapa saja yang biasa setiap harinya melakukan rutinitas di Ibukota. Banyaknya jalan rusak semakin membuat kepala stres. Belum lagi puluhan angkot yang dengan sengaja bandel menghadang jalan dengan cara berhenti atau ngetem untuk mencari penumpang.
"Beginilah wajah ibukotaku..rusak dan carut marut," kataku sedih.
Teriakan demi teriakan warga Jakarta terus terdengar nyaring di telinga Gubernur. Belum lagi hampir setiap hari kita tanyain hingga Gubernur berkumis itu bosan menjawabnya. Lagi-lagi jawabannya "dana belum keluar". Jika bukan itu, ada jurus lain yang biasa dikemukakan 
Gubernur. "Bagaimana kita memperbaiki jalan jika anggaran dicoret dewan," kelitnya. 
Yah, kalau untuk sekadar mengucapkan kata-kata itu, jangankan Gubernur, 
seorang pengamen pun bisa. Apa yang tidak bisa dilakukan jika duit menumpuk di depan mata. 
Semua bisa terselesaikan. 
Tapi haruskah seperti itu mental pejabat kita. Sementara, masyarakat Jakarta, 
termasuk aq di dalamnya, hampir setiap hari berangkat dan pulang kerja terpaksa harus 
melewati jalan yang sama. Rusak.. berlobang...dan macet... (aq yakin ribuan warga Jakarta 
lainnya juga merasakan hal yang sama..). Mungkin, bagi mereka yang pernah menjadi korban jalan berlubang. Jatuh terjerumus hingga 
terluka parah dan terpaksa dirawat di rumah sakit, pasti akan memaki maki. (Masya Allah..kasian amat yach..).
Lalu, apakah salah jika mereka menuntut pemerintah yang setiap hari hidup dengan mewah 
dari pajak rakyat untuk bisa segera mengambil sikap? jawabannya, TUNTUTAN itu wajib 
hukumnya. Justru bagi warga Jakarta yang hanya diam ketika melihat ada duri atau paku yang setiap saat mengancam akan mengoyak bagi siapa saja yang melintas, saya katakan DOSA BESAR. (Meskpun, hidup di Ibukota siapapun tahu..
Individualitas sudah menjadi ideologi nomor satu..Tapi jika itu untuk kepentingan bersama dan 
masyarakat luas akankah masih DIAM..).
Asal tahu saja, kalau kalian jeli memperhatikan jalanan yang rusak di Jakarta, 
tidak seluruh jalan rusak itu berusia tua hingga amblas dan memerlukan perbaikan total. 
TIDAK...TIDAK..banyak jalan yang baru diperbaiki hanya karena terguyur hujan beberapa hari 
tiba-tiba rusak, mengelupas dan berlobang.. (kalau seperti ini, apa jawaban pejabat?)
Kalau pengen tahu, Kepala Dinas PU Wisnu Subagyo dengan santai menyatakan, 
itu karena banyak dilindas sepeda motor..(benar-benar jawaban klasik..dan tidak masuk akal...). 
Lagi-lagi aq bilang, pengamen pun tahu, bagaimana modus korupsi jalan ini dilakukan. 
Kualitas bahan yang seharusnya bisa tahan lima tahun, seperti yang ada dalam MoU, 
tapi realisasinya hanya dibelikan bahan yang hanya bisa tahan satu tahun. 
Atau bahkan enam bulan atau tiga bulan. (Oh..Tuhan..maafkan aq jika ini dianggap 
sebuah prasangka..tapi itulah kenyataan yang semua orang bisa melihatnya.. hari ini jalan 
diperbaiki, minggu depan sudah rusak lagi).
Tapi, warga Jakarta tidak perlu khawatir, setelah dewan meluncurkan ancaman 
agar Kepala Dinas PU segera dipecat jika tidak segera memperbaiki jalan, 
sosok yang pernah diberitakan dijaga para preman di kantornya itu berjanji 
akan memperbaiki jalan rusak secara permanen paling lambat Minggu ketiga Maret mendatang.
"Kalau kinerja saya dianggap buruk..silakan saya tidak keberatan dicopot..," kata Wisnu.
Ucapan Wisnu setidaknya menjadi harapan baru bagi masyarakat Jakarta. 
MARI kita awasi dan terus tagih janji itu. Jika ingkar lagi dan Gubernur tidak mencopotnya, 
biar Tuhan yang menghukumnya.

Saat Senja di Pojok Balaikota, 11 Maret 2008          

Tidak ada komentar: