15 Maret 2008

Rumahku Banjir Lagi..


Rumahku Banjir Lagi..

Pukul 02.30 dini hari aq baru mulai bisa beranjak ke tempat tidur.. maklum, seperti hari biasa, setiap Jumat datang, liputan seperti habis2an. Soalnya, esoknya ada harapan bisa libur.. kasian Shelvia Jaflaun istriku lagi mengandung calon anakku tapi hari2nya selalu dihabiskan tanpa diriku..
Sementara aq nyaris tidak bisa banyak menemaninya karena tuntutan liputan.. pagi berangkat, pulang tengah malam.. begitu setiap hari. Tak jarang, terkadang kami bertengkar karena persoalan itu.. (yach.. mau apa lagi..beginilah takdirku saat ini..kenapa harus disesali..toh roda pasti berputar..begitu kata batinku setiap kami bentrok). Apalagi tak jarang acara gubernur DKI terutama saat sidak, acara selalu saja pagi buta..
"Yah..yah..yah..bangun..bangun..!!!.." teriak istriku membangunkanku. Aq masih bermalas-malas. "Ada apa sih ma..berisik amat.." begitu jawabku jengkel. Beratnya mataku untuk dibuka sangat wajar. Jika dihitung, baru beberapa saat lalu aq memejamkan mata.. (apalagi ini kan hari liburku..kata hatiku mencoba protes). Karena, pada hari biasa Senin sampai Jumat, jarang2 aq bisa tidur nyenyak.. jadwal pagilah..telpon itulah..pokoknya banyak banget yang membuat hari2ku sangat sibuk..
"Yah.. cepetan bangun..rumah kita kebanjiran.." kata istriku sekali lagi mempertegas sambil mondar-mandir ngangkat barang-barang yang ada di dapur untuk dievakuasi atau diletakkan ke tempat yang lebih tinggi..
"Bangun yah..males amat sih..banjir tau..banjir..rumah kita banjir.." kata istriku sepertinya agak kesal.
Dengan berat, aq mencoba membuka mataku..setelah agak sedikit sadar, aq langsung beranjak ke dapur.. aq lihat air sudah mulai beranjak pelan tapi pasti.. (Astagfirullah..rumahku banjir lagi..apakah ini cobaan, ujian atao peringatan..!!!). Jika peringatan..peringatan bagi siapa..bagiku..bagi keluargaku..tetanggaku..penguasa ku.. tak tahulah..!! YANG JELAS.. hari ini aq, istriku dan calon anakku harus kembali mengungsi..
Selama kali pertama datang ke Jakarta dua tahun silam, tepatnya usai lebaran 2005, aq dah tiga kali pindah kontrakan. Pertama di Kayu Putih, dekat Matraman, Jakarta Pusat. Tapi di sana rumah yang aq kontrak kebanjiran pada Februari 2007. Lalu aq memutuskan pindah ke Condet, Jakarta Timur. Tapi di sana tidak jauh berbeda. Rumah memang tidak banjir, tapi jalan menuju rumah selalu saja banjir dan jalan pun banyak yang terputus..
Usai banjir Februari, aq memutuskan untuk pindah ke Ulujami, Pesanggrahan, Jakarta Selatan. Hitung2, selain dekat dengan kantor, juga jalan tidak terputus saat banjir..
Tapi siapa yang nyangka, jalan memang tidak terputus, tapi rumahku tenggelam..terkena limpasan Sungai Pesanggrahan.. (kasian amat ya..).
Banjir yang menimpa rumahku kali ini karena murni kiriman dari Bogor. Sebab, tadi malam hujan hanya gerimis..subuh tadi juga tidak ada tanda2 ada buturan air turun dari langit..
Menyesal tiada guna..yang penting bagaimana saat ini bisa menyelamatkan barang2 rumah tangga.. lalu mengungsi entah kemana..
Sejak mata terbuka, aq pun ikut sibuk bersama istriku mengangkat barang2 ke tempat yang lebih tinggi..peralatan dapur, bantal, guling, kasur, tape, TV, buku2, tumpukan koran..atau apapun yang berada di lantai harus diangkat satu persatu.. (untungnya hari ini libur tidak ada beban untuk liputan..). Mungkin Tuhan tahu..kok secara kebetulan, sudah dua kali berturut2, banjir yang menimpa rumahku selalu saja bertepatan dengan hari libur.. (al hamdulillah..terima kasih Tuhan.. setidaknya aq bersyukur karena masih bisa bantu istriku ngangkat barang2..). Meskipun, rencana untuk USG calon anakku gagal karena banjir ini.. sebab, sejak kali pertama mengetahui positif hamil, Shelvia Jaflaun istriku selalu saja ingin ditemani ketika USG. Agar aq bisa lihat calon anakku secara langsung, bergerak2 ingin cepat lahir ke dunia.. seperti ingin membantu ayahnya berjuang demi secuil harapan untuk keluarga, tetangga, teman, sahabat, lingkungan ini, kota ini..atau siapapun yang tergerus oleh keserakahan segelintir orang2 yang tidak bertanggungjawab).
Sejak zaman Gubernur DKI dipegang Sutiyoso hingga saat ini rejim telah berganti Fauzi Bowo, persoalan banjir memang selalu saja menjadi momok..
"Semua sudah kita rancang agar banjir di DKI ini bisa diminimalisasi. Pengerukan, pembangunan banjir kanal timur, peninggian banjir kanal barat, pembuatan situ, sumur resapan, perbaikan drainase...dan bla..bla.." seabrek janjinya Sutiyoso.
Tapi dari waktu ke waktu, banjir Jakarta bukannya bisa diminimalisasi, tapi justru semakin parah..parah..dan parah.. semenatara air terus naik, aq terus mencoba bercerita lewat blokku ini.. untuk bukti kepada calon anakku ketika tiga bulan ke depan sudah lahir ke dunia..(maafkan ayahmu nak..ayah tidak bisa berbuat apa2 untuk bisa mencegah banjir di calon kotamu ini..ayah hanya bisa menulis..menulis dan terus menulis agar penguasa kota ini bisa tergerak hatinya..dengan cepat bisa mengatasi banjir yang berkepanjangan ini..jika korupsi, hentikanlah sementara kalo bisa seterusnya..uruslah sejenak rakyatmu yang selalu tertimpa musibah kebanjiran..).
"Untuk mengatasi banjir tidak hanya bisa dilakukan seperti membalikkan telapak tangan..butuh waktu panjang dan biaya triliunan," begitu kata Gubernur DKI Fauzi Bowo berkelit.
Yah, kita bisa maklumi itu..Tapi apakah Pemprov DKI benar2 telah serius untuk menangani banjir..? buktinya, kenapa masih ada orang yang dibiarkan membangun puluhan ruko persis di bantaran kali Pesanggrahan di Cengkareng Timur.. kenapa pula lahan rawa di bantaran kali Pesanggrahan, Ulujami, Pesanggrahan, Jakarta Selatan dibiarkan diuruk persis di bantaran kali untuk pembangunan rumah elit.
Ini pula yang membuat rumahku banjir dan ratusan rumah warga lainnya yang jelas2 di mataku mereka tidak tahu dan tidak bisa berbuat banyak. Saat mengungsi tadi malam, aq dengar warga ngrumpi, sebenarnya sebelum bantaran Kali pesanggrahan diutruk untuk komplek bangunan mewah, mereka minta dibuatkan pintu air. Agar ketika sungai meluap, air tidak masuk ke perkampungan. Nyatanya, pengembang hanya membuatkan drainase kecil yang tragisnya tidak ada tembusan dan mentok di pemukiman warga. "Warga hanya bisa geleng2 kepala dan hyanya bisa mengatakan SELAMAT DATANG BANJIR...".
Lagi-lagi aq bertanya, apakah Gubernur DKI sudah berbuat? jawabannya BELUM. Jangankan gubernur, ketua RT, RW apalagi lurah setempat saja acuh tak acuh. lalu mau jadi apa kampungku ini. Mau jadi apa Jakartaku ini...sedih banget rasanya...
Setiap hari aq menulis soal banjir, liputan hingga sampai berenang, ternyata untuk mendesak pemegang kebijakan di kotaku ini saja aq tidak mampu... karena jawabannya pasti sama. Orang nomor satu di DKI itu hanya menyalahkan warga kenapa tinggal di bantaran kali. Apakah kami tinggal di bantaran kali? warga pun akan sepakat berkata "Tidak semua...". kalau mau dibertsihkan warga yang tinggal di bantaran kali, silakan SIKAT semua. Tapi jangan lupa, jangan ada lagi diskriminasi. Warga miskin digusur, tapi bangunan elit seperti di tempatku dibiarkan tidur nyenyak di ruangan ber-AC meskipun bangunan itu ada di bantaran kali.

Ulujami, saat air terus menenggelamkan rumahku, 15 Maret 2008

Tidak ada komentar: