14 Oktober 2008

DKI Gagas Tol Bendungan


Belajar dari Moskow Tangani Banjir Rob

Pemprov DKI Jakarta terus mencari upaya penanganan banjir di DKI. Saat ini tengah digagas pembangunan bendungan sepanjang pantai utara Jakarta. Bendungan tersebut nantinya sekaligus dimanfaatkan untuk jalan tol.
"Di Rusia ada kota namanya St Petersburg. Di situ ada bangunan sejarah yang selalu terkena banjir rob dua meter. Kontur tanahnya persis seperti di Jakarta Utara," ujar Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo usai melakukan lawatan di Moskow kemarin.
Untuk menghadang banjir, pemerintah Rusia akhirnya membangun bendungan sepanjang 40 km. Di atas bendungan dibangun jalan layang yang menghubungkan antarkota. Sementara di dalam bendungan dibangun pelabuhan besar untuk menampung kapal-kapal yang lewat.
Agar kapal besar bisa lewat, dibuatkan pintu sepanjang 200 meter. Sedangkan untuk jalur kapal kecil dibuat pintu sepanjang 100 meter. Jika ada rob datang, pintu langsung ditutup. Namun, pada hari biasa, pintu dibuka untuk mengalirkan air dari darat ke laut.
Pembangunan bendungan tol yang telah dimulai sejak 1979 itu hingga saat ini masih terus berlangsung pengerjaannya. Konstruksi bangunan didesain untuk mengantisipasi rob setinggi 5,5 meter. Seluruh biasa pembangunan infrastruktur disubsidi pemerintah. "Beberapa kali sempat terhenti pembangunannya karena pergantian pemerintahan," ungkapnya.
.
Foke, sapaan akrab Fauzi Bowo itu menyatakan, bendungan yang dibangun di St Petersburg tersebut sangat efektif membendung banjir lantaran seluruh kota dan bangunan sejarahnya terlindungi. Apalagi, perubahan laut Atlantik terus berlangsung. Untuk membendung banjir rob di pantai utara Jakarta pun akan diterapkan sistem serupa. Namun, persoalannya membutuhkan biaya besar. Hal itu tidak mungkin jika hanya ditanggung DKI. Sebab, seperti St Petersburg, pembangunan diteken Rusia dan Uni Eropa.
Menurut Foke, dengan membangun bendungan sepanjang pantai itu, ada dua keuntungan besar yang bisa diperoleh. Banjir bisa dihadang, penambahan ruas jalan melalui pembangunan jalan layang di atas bendungan bisa mengurai kemacetan. Jika diterapkan di Jakarta Utara, jalan layang itu bisa menghubungkan Tangerang bagian barat hingga Muara Gembong. "Tapi ini masih harus dikaji lagi," katanya.
Sementara itu, menurut pakar planologi Trisakti Yayat Supriatna, pembangunan bendungan di pantai utara untuk menghadang banjir rob bisa saja dilakukan. Namun, jika harus diterapkan seperti di St Petersburg, hal itu membutuhkan biaya cukup besar. Sehingga, lebih efektif jika di sepanjang pantai utara dibangun bendungan parsial. Hanya kawasan tertentu yang memiliki tingkat kekritisan tinggi dibendung. Selebihnya cukup dibuat hutan bakau. "Wilayah kritis yang harus diprioritaskan seperti Muara Baru, Cilincing serta pantai dekat Bandara," terangnya.

Jika di atas bendungan harus dibangun jalan tol, hal itu harus dilihat tingkat efektifitasnya. Sebab, jika harus ada tol, artinya bendungan harus dibangun sepanjang pantai hingga ke daerah sekitar. Hal itu tentu saja membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Apalagi sejak keluarnya Perpres Tata Ruang, setiap ada pembangunan baru yang menyangkut lingkungan, harus diusulkan ke pemerintah pusat terlebihdahulu. Agar bisa dilakukan sinkronisasi dengan daerah lain. "Saya pikir skala prioritas itu yang harus didahulukan. Apalagi, di pantai utara mau direklamasi. Kalau dibenteng semua kan tidak mungkin," ungkapnya. (aak)

Tidak ada komentar: