27 Oktober 2008

Melepas Penat ke Pantai Anyer


Terakhir aq mengunjungi pantai ini sekitar tiga tahun lalu. Saat masih bertugas di Bogor. Tiga tahun berlalu, pantai Anyer masih seperti dulu. Tidak banyak yang berubah. Hanya bangunan yang kulihat menjamur sepanjang pantai. Sejak kawasan pabrik baja krakatau steel hingga karang bolong. Villa, cottage, hotel atau gubuk2 sederhana banyak dibangun untuk tujuan komersil. Nyaris, sisi kanan dan kiri jalan tak ada lagi lahan yang tersisa. Kawasan pantai pun tidak seluruhnya bebas untuk umum. Setiap pemilik villa, cottage, atau hotel memberi batas pantai sebagai wilayahnya dengan cara ditembok. Jika ada yang mencoba menerobos, harus membayar sebagai kompensasi. Aneh..! baru kali ini pantai dikotak2 jadi milik privat. Demi kepentingan komersil tentunya.
Setelah berangkat dari Jakarta pukul 22.00, pukul 00.30 kami nyampe pantai carita, Anyer. Lumayan jauh juga. Padahal, kami menggunakan bus enjoy Jakarta. Tapi perjalanan tak terasa karena kuhabiskan sambil chating dengan kawan sam di Bogor. Sementara kawan2 yang lain dengan riangnya bernyanyi di dalam bis sambil teriak2. Memang perjalanan ke Anyer untuk liburan melepas penat tugas harian yang membosankan.
Sampai di Anyer, pemilik villa langsung mempersilakan santap malam. Suasana cukup cair malam itu. Karena sambil makan, ada potan ben radio yang gile itu terus menerus melucu mencari simpati. Jika sudah kehabisan bahan lawakan, giliran si billy CTV yang menjadi bahan ledekan. Sesekali aq ikut tertawa lepas sambil sesekali menghisap rokok dalam2.

Usai santap malam, anak2 banyak yang nongkrong di pantai. Suara tawa lepas masih terdengar bersahut2an atau bergantian di depan warung si mak. Isi pembicaraan masih seputar topik di meja makan. Tapi ada saja yang bikin bahan tertawaan. Sebagian anak2 aq lihat ada juga yang berlari2an di pantai sekedar nendang2 bola. Ada heru bisnis indonesia, guruh poskota and entah siapa lagi. Pokoknya tendang sana tendang sini. Semua cukup hepy malam itu. Semua tertawa lepas. Semua bergerak bebas. Lari kencang dan menendang bola sekuat2nya.
Aq memilih duduk di kursi menghadap pantai. Air laut tak terlalu jelas terlihat. Hanya suara deburan ombak yang membahana. Sementara pak harto investor daily samar2 terlihat seperti melakukan ritual menghadap laut. Tangannya gerak2 diayunkan pelahan dari atas ke bawah. kata anak2 biar di jakarta sukses. "Kamu kok diem sendiri ak. Inget anak ya," kata seorang kawan tiba2 menyapa.
Malam itu memang pikiranku terbelah dua. Satu sisi ingin menumpahkan seluruh kepenatan pikiran, satu sisi bayang2 anakku si Najwa selalu saja muncul. Aq membayangkan malaikat kecilku duduk di pangkuanku. Sementara mamanya duduk di sampingku. Angin sepoi2 lalu menerpa kami bertiga disertai suara deburan ombak. Lamunanku buyar ketika hp bututku terdengar melantunkan ayat2 suci. Satu pesan singkat sedang masuk. Melalui sms istriku bilang Najwa rewel terus ga mau tidur. Padahal, arloji aq lihat sudah mendekati pukul 02.00. Buru2 aq menelfonnya.
Mendengar suaraku, Najwaku langsung diem dan mau tidur. Dasar anak manja..
Pagi harinya, cuaca sangat cerah. Semua bersenang2 di pantai. Untuk menambah semarak, bapak2 nelayan menawari kami naik perahu karet yang ditarik boat. Sekali angkut untuk lima orang. Semua dibekali pelampung. Di depan tempat duduk disediakan sebuah tali untuk berpegangan. Pelan2 boat menarik tali yang telah dikaitkan. Perahu karet yang kami tumpangi melaju dengan kencangnya. Kanan kiri berpacu dan menabrak dengan ombak. Kamipun pontang panting atas bawah menyesuaikan deburan ombak. Setelah satu putaran habis, boat melaju dengan kencangnya ke kanan lalu tiba2 dibanting ke kiri. Hasilnya, kami semua terjungkal. Mata, hidung, kuping, terasa pengab kemasukan air. Untungnya kami mengapung karena memakai pelampung. Setelah berusaha naik ke perahu karet, boat kembali menarik kami memutar. Setelah dua putaran, kamipun dibanting kembali dengan kerasnya. Semua terdorong ke depan lalu tercebur ke laut tanpa ada yang tersisa. Secara bergantian, kawan2 bergantian merasakannya. Ada yang shock berat kembali ke pantai dengan mata merah sambil muntah2. "Sialan lu ga nolongin gw. Gw ga bisa berenang tahu gelagapan," kata salah seorang kawan setiap balik dari pantai. Jawaban yang munculpun tak pernah berubah. "Ngapain juga ditolong, kan dah ada pelampung. paling2 juga ngapung. bodoh, dasar penakut".
Jika kuingat kejadian sepele di pantai pagi itu, aq langsung teringat malapetaka kapal levina 2006 dulu. Kenapa juga kawan2 yang dulu meliput levina yang terbakar tak ada yang memakai pelampung. Benar2 bodoh. Atau barangkali sok bisa berenang kali. atau tak tahulah.. karena kadang2 kita memang sok angkuh padahal sebenarnya kita tak mampu. Jika kuingat, saat itu aq sendiri selamat berkat uang 10 ribu. Karena setiap yang akan ikut kapal harus bayar 10 ribu per orang. Hampir smua anak tv ikut pada naik. Hanya yang cetak, radio ama online yang enggan ikut naik. Itung2 daripada untuk liat bangkai kapal mending buat beli kopi sambil merokok menunggu kabar dari kapal KRI. Sapa tahu ada kabar ditemukannya mayat baru. Karena hanya itu yang kami tunggu. Tapi nahas, yang kami dengar bukannya jasad kaku para penumpang kapal levina yang hanyut tiga hari lalu itu. Tapi jasad kawan2 kita yang dua jam lalu masih sempat bersenda gurau dan tanya sudah ada kabar apa dari levina yang terbakar. Tapi jawaban itu mereka sendiri yang jawab. Karena mereka datang kembali ke pelabuhan sudah menjadi mayat. Semoga kebodohan2 seperti itu tak pernah terulang kembali.

1 komentar:

samsulbahri mengatakan...

What a nice day, Anyer, but with so pain of the past memory to remember; Levina. Qwah, kawan, jd kepengin ke pante, jalan2 n bikin notes.