30 Oktober 2008

Sakit Itu Bukan Mistis

Sejak istriku sakit mulai Minggu (26/10) kemarin, aq jadi terbebani. Antara mikir liputan dan menjaga perempuan Ambon itu. Belum lagi anakku Najwa Syifa yang selalu atraktif ogah terus2an dibiarkan di atas kasur. Maunya gerak sana, gerak sini. Kakinya nendang2 tanpa henti. Mulut mungilnya terus saja ngoceh tanpa habisnya. Sementara mamanya tak bisa berbuat banyak untuk meladeninya. Jika sudah capek bergerak dan tak ada yang meladeni, biasanya Najwa langsung rewel. Jika sudah begitu, istriku hanya bisa beri ASI sambil terbaring lemas di atas tempat tidur. Soalnya, badannya menggigil, lalu kepanasan, kepalanya terasa pening. Jika tidak dikontrol, seharian pasti ogah2an untuk makan. "Gimana mau sembuh kalau makan aj ga mau. Orang sakit bisa sembuh kalau suplai gizi tercukupi. Paling penting lagi, cairan harus terjaga. Makanya minum air putihnya banyakin. Jangan nurutin mulut yang pahit. Yang penting masuk perut," kataku berceramah panjang.
Soalnya, setelah aq buka2 situs di internet, gejala panas dingin kepala pening bisa jadi gejala DBD. Tapi kulit istriku aq lihat tidak ada tanda2 kemerah2an. Aq hanya bisa menebak2 sakit apakah istriku gerangan. Sebelum sempat ke dokter, aq hanya memastikan cairan dalam tubuh istriku harus tetap terjaga. Begitu pelajaran yang sempat aq ambil saat dulu sering liputan di IDI. Istriku memang agak bandel. Untuk pergi ke dokter aj alasannya buanyak banget. ga mau berangkat karena inilah itulah. Ada aj alasannya. Kemarin aq paksa ke dokter jery tapi alasannya ujan ga berhenti2. Aq bilang ya udah ga papa. Tapi awas kalo besok ga berangkat. Kataku sangat kesal.
Untuk bisa menemani istriku berobat memang sangat tidak mungkin mengingat waktuku banyak tersita untuk liputan. Jadi aq hanya bisa nyaranin untuk ke dokter ditemani Najwa putri mungilku. "Naik taksi kan bisa. Panggil aj ke rumah kalo ga kuat jalan ke depan," kataku marah2.
Soalnya kalau istriku sakit aq juga repot. Tidak hanya kepikiran saat liputan, tapi juga kalau dah di rumah harus bantu2 beres2 rumah. Macam nyuci baju, piring, gelas, buang sampah atau beres2in barang2 yang tercecer. Padahal, kalau dah balik dari kantor pukul 22.00, badan capeknya minta ampun. Nonton TV aj kadang2 mpe ketiduran. Tahu2 terdengar suara Najwa nangis tandanya dah pagi. "Dah ma ayah yang beresin, mama istirahat aj," begitu kataku kadang2 kalau dia memaksakan diri beres2 melihat rumah berantakan.
Setelah mengendap selama tiga hari di rumah, siang tadi akhirnya berangkat juga istriku ke dokter Jery di Kebon Nanas, Jakarta Timur. Dokter Jery merupakan dokter langganan istriku sejak kecil. Dia orang Ambon tapi lama tinggal di Jakarta. Orangnya ramah, pasiennya berjubel tiap sore hingga malam hari. Saat sakit dua tahun silam, aq juga selalu ke dokter Jery. Entah karena keyakinan atau karena kecocokan, setiap habis berobat langsung sembuh. Aq dulu sering sakit saat masih floating. Jika musim penghujan tiba, tiap hari harus basah2an. Meskipun pakai mantel. Ditambah angin yang bertiup sangat kencang sering menerobos sela2 mantel. Karena pikiran terforsir, fisik jadi ikut ambruk saat kelelahan. Apalagi saat itu kontraanku masih di Condet. Dari kantor graha pena di Jalan Kebayoran Lama butuh satu jam untuk nyampe rumah. Jika ngebut hanya setengah jam. Jika banjir tiba, aq merasa menjadi orang paling aneh. Sementara keluargaku kebanjiran, aq justru cari tempat banjir yang menimpa orang lain. Bahkan aq sempat berenang untuk menjemput istriku saat banjir di Bidara Cina Cawang Atas. Ga ada perahu, banjir aq ukur hampir di atas kepala lebih. Tapi sejak kami pindah di Pos Pengumben, aq jadi jarang sakit. Aq bilang ke istri, aq hanya sakit jika lagi tak punya uang. Jadi jangan direcokin. Apalagi buat tingkah yang bikin emosi.
Barusan pukul 22.30, istriku dah balik dari berobat di tempat dokter Jery. Dia bilang dokter ga mau bilang sakitnya apa. Hanya disarankan untuk banyak istirahat dan rajin memijat punggung pakai minyak kayu putih. Bagiku, kabar itu menggembirakan sekaligus mencemaskan. Kadang ketidaktahuan itu membuat orang celaka. Meskipun karena tahu justru tambah celaka juga banyak. Tapi bagiku, mengetahui masih lebih baik.
Setidaknya, kemauan istriku untuk berobat sudah 50 persen menuju kesembuhan. Selebihnya tinggal perawatan yang benar serta keyakinan akan mendapat kesembuhan dari Yang di Atas.
Soalnya, kadang2 jika istriku sakit sering tidak mau berpikir rasional. Sakit selalu dihubung2kan dengan mistis. Jika lagi sakit berarti tanda kalau ada keluarga yang terkena musibah. Memang, itu pernah dia alami. Tepatnya saat pertengahan puasa lalu. Saat berkunjung ke Cikoko, baliknya tiba2 menggigil. Lalu berganti kepanasan. Sesampai di rumah, aq hanya memberikan minuman air hangat banyak2. Aq bilang suruh minum dah dikasih bacaan biar cepet sembuh. Istriku buru2 langsung meminumnya hingga habis. Padahal sih ga dibacain apa2. Cuma buat support aj biar dia mau minum air putih. Lalu aq suruh istirahat sambil suruh pakai tasbih buat kalung. Soalnya, kabarnya kayu stigi jika itu asli bisa menyerap atau mentralkan bisa ular. Begitu bisa menyedot panas dalam tubuh atau hawa dingin agar seimbang.
Entah karena faktor apa, esok harinya langsung sembuh. Lalu pagi2 ada kabar dari pae ambarawa katanya pak tri kecelakaan dan meninggal dunia. "Kok mama tiba2 menggigil trus kepanasan kayak kemarin yah. Kira2 ada apa ya," tanya istriku. Dengan cepat aq menjawabnya. "Ada apa gimana. Kamu menggigil kepanasan itu artinya ada yang tidak beres. Tidak beresnya ada di tubuhmu, pikiranmu. Bukan di luar sana. Itu artinya kamu sedang sakit. Sakit itu ya sakit. ga ada hubungannya dengan mistis," kataku menerangkan sok ilmiah. Aq bilang seperti itu karena aq ingin istriku cara berpikirnya bisa sistematis. Jangan semua dihubung2kan dengan mistis. Kecuali jika sakit itu tidak wajar dan setelah dibawa ke berbagai dokter menyatakan tidak menemukan penyakit apapun. Tapi kenyataannya yang bersangkutan kesakitan. Kalau kondisinya seperti itu boleh qta ga berangkat ke dokter dan siap2 rajin2 duduk bersila tengah malam putar tasbih.

Ulujami, 30 Oktober 2008

1 komentar:

samsulbahri mengatakan...

Kawan, Menurut saya, ada ruang di mana kita juga harus memberikan tempat bagi keyakinan irasional kita. Penyakit, kita tahu berasal dari hal alamiah, ketika tubuh di serang kekebalannya oleh sejenis virus. Ini adalah penjelasan dokter. Tapi tidaklah keliru jika penyakit itu kita sebut akibat dari sesuatu katakanlah energi jahat dari luar yang menyerang tubuh entah dengan cara mistik... he.he.he.. sesekali, kita perlu kembali ke pemikiran primordial, irasional. Sesekali kita perlu menjadi primitiv, tanpa kultur. he.he.he.