07 Mei 2008

Jakarta Dikepung Banjir Utara Selatan


Air Laut dan Sungai Pesanggrahan Meluap

Jakarta kembali dikepung banjir bandang. Begitu aq tulis di Harian INDOPOS, 8 Mei 2008. Di Jakarta Utara, banjir mengepung pemukiman warga di kawasan Pluit serta Penjaringan. Tanggul pembatas laut di Pantai Mutiara dan Muara Baru jebol. Rob meluber ke perkampungan warga sejak Selasa (6/5) malam hingga tadi malam air terus naik dengan ketinggian satu meter lebih.
Di Jakarta Selatan, ratusan warga di Kelurahan Ulujami, Pesanggrahan, juga terkena luapan Sungai Pesanggrahan. Tepatnya di RT 06 RW 02. Air mulai masuk pemukiman sekitar pukul 17.00 dan terus naik. Air yang seharusnya bisa tertampung di daerah resapan yang terletak di bibir sungai terhadang dengan alih fungsi lahan setelah berdirinya bangunan elit sepanjang kawasan itu.
Banjir yang mengepung Jakarta dari utara dan selatan itu membuat Pemprov DKI Jakarta tidak bisa berbuat banyak. Pasalnya, untuk membendung banjir rob di kawasan utara diperlukan dana Rp 45 miliar untuk memperbaiki tanggul Pluit serta normalisasi Waduk. Sementara untuk membuat tanggul di Muara Baru secara permanen dibutuhkan Rp 15 miliar. Seluruhnya dianggarkan dalam APBD 2008. Sayangnya, hingga saat ini dana belum bisa dicairkan hingga penanganan belum bisa dilakukan.
Sementara di kawasan Ulujami, Pesanggarahan, janji Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo untuk membongkar bangunan elit tidak kunjung dilaksanakan. Padahal, bangunan berdiri persis di bantaran kali sepanjang 200 meter dengan luas sekitar dua hektare. Aparat kecamatan setempat sempat mengecek lokasi setelah Gubernur berkumis itu memberikan statemen. Namun tidak ada realisasinya hingga saat ini.
Menurut Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo, terjadinya air pasang sudah diprediksikan konsultan Belanda yang bakal terjadi Jumat (9/5) besok. Nyatanya, rob sudah mulai masuk pemukiman sejak Selasa (6/5) malam.
Namun, Pemprov DKI Jakarta belum bisa membangun tanggul untuk mengurangi masuknya beban air laut ke permukiman warga. Sehingga, pihaknya meminta warga bersiap menghadapi bencana tersebut.
Untuk mengantisipasi terjadinya korban atau bahaya, pihaknya memberdayakan sumber informasi yang ada untuk mensosialisasikan peringatan dini (early warning) kepada masyarakat yang tinggal di pesisir Jakarta. Sehingga, dia mengharapkan, bencana kali ini tidak memakan korban yang lebih banyak.
Gubernur berkumis itu mengakui, Pemprov belum mampu menanggulangi bencana alam yang sempat mendera warga Muara Baru yang sebelumnya sempat terjadi selama berbulan-bulan itu. Air pasang yang disertai gelombang tinggi hanya dapat diatasi dengan pembangunan tanggul. Sementara, tender pembangunan baru bisa dilaksanakan setelah dana APBD cair. "Nanti tanggul akan kami bangun dengan swasta seperti Samudra Indonesia dan PT Pelabuhan Indonesia," bebernya.
Menurut Walikota Jakarta Utara Effendi Anas, banjir akibat luapan rob itu belum bisa diantisipasi lantaran PU belum bisa membuat tanggul secara permanen. Sehingga, pihaknya hanya bisa melakukan evakuasi warga setempat ke sejumlah tempat pengungsian serta tenda-tenda darurat. Sejumlah dapur umum juga telah disiapkan.
Menurut Lurah Penjaringan Budi Santoso, air laut yang masuk pemukiman telah menggenangi lebih dari 700 bangunan. Sebab, tanggul yang jebol di Muara Baru mencapai 30 meter. Menurutnya, banjir terparah berada di RT 20 RW 17 dengan ketinggian rata-rata satu meter.
Menurut Lurah Pluit Sugiharjo Timbo, banjir akibat rob merendam warga di RW 04, RW 05 dan 16 dengan ketinggian antara 50 sampai 70 centimeter. Jumlah warga mencapai 150 KK.
Menurut Kasubdin Pengendalian Sumber Daya Air dan Pantai Dinas PU DKI Jakarta, I Gede Nyoman Soewandi, jebolnya tanggul karena kekuatan bangunannya yang tidak kokoh akibat sering diterjang banjir rob.
Sebab, tanggul sementara hanya dibangun dengan tembok, geronjong serta tumpukan pasir.
Perbaikan tanggul yang jebol di kawasan Pantai Mutiara sepenuhnya tanggung jawab pengembang. Namun, untuk tanggul di Muara Baru, pihaknya akan memperbaiki Agustus mendatang. Lambatnya proses perbaikan lantaran saat ini sedang proses lelang hingga dua bulan ke depan.
Ketinggian tanggul di Muara Baru hanya 1,7 meter. Sedangkan ketinggian air pasang yang menerjang mencapai 2,2 meter. Selain itu bangunan tanggul sudah cukup lama lantaran dibangun pada 1978 lalu. Akibatnya, kekuatannya pun semakin berkurang dan rapuh.
Sementara itu, banjir yang terjadi di Kelurahan Ulujami, Pesanggaran sejak kemarin sore terus naik. Warga setempat hanya bisa pasrah. Sebab, banjir akibat luapan Sungai Pesanggrahan itu belum ada solusi konkret. Padahal, luapan sungai terjadi setidaknya sudah empat kali selama satu bulan terakhir. Warga hanya bisa mengamankan seluruh barang rumah tangga ke sejumlah ruas jalan yang tidak tersentuh air. "Kami warga Ulujami mendukung dan menagih janji Gubernur Fauzi Bowo yang akan membongkar bangunan elit di bantaran kali," ujar Evi, warga setempat.
Sebenarnya, untuk mengatasi banjir akibat luapan sungai, Pemprov DKI berencana melakukan dua langkah. Pembongkaran seluruh bangunan di bantaran kali serta pengerukan sungai dengan dana pinjaman dari Bank Dunia sebesar Rp 1,2 triliun. Sayangnya, dua program itu tak kunjung bisa dilaksanakan. Sebab, dana pinjaman baru bisa cair akhir tahun ini dan pengerukan dimulai 2009 mendatang. Sementara, pembongkaran bangunan elit di bantaran kali tidak diketahui pasti kenapa tidak kunjung dilaksanakan meski melanggar aturan. "Kemarin ada aparat Kecamatan Pesanggrahan yang mengecek bangunan elit itu. Tapi ga tahu kenapa tidak ada tindak lanjutnya," tambah Evi. (aak)


Jakarta, 7 Mei 2008

Tidak ada komentar: